Pembaharuan yang
dilaksanakan Jepang sejak Restorasi Meiji ternyata membawa Jepang ke arah
pembangunan sekaligus peperangan. Jepang agaknya menilai bahwa memperkuat diri
dengan modernisasi tanpa menambah wilayah tidaklah cukup. Jepang boleh dibilang
terkepung oleh imperialis Barat: di Utara terdapat Kerajaan Rusia dan Amerika
Serikat, di Timur terdapat jajahan Jerman dan Inggris, di Barat terdapat Cina
yang keropos akibat rezim yang korup dan dikeroyok oleh Inggris, Perancis,
Jerman, Rusia, AS, Italia. Di Selatan terdapat jajahan Barat berlapis-lapis
yaitu Spanyol (kemudian AS) di Filipina dan Inggris di Hongkong, Malaya dan
Kalimantan Utara serta Birma (kini Myanmar), Belanda di Indonesia dan Perancis
di Indocina. Untuk memastikan bahwa Barat tidak masuk Jepang maka perlu pula
meniru mereka –selain di bidang sosio-teknologi– dalam hal imperialisme, dengan
menaklukan wilayah seluas mungkin maka kekuatan Barat dapat dijauhkan dari
wilayah Jepang.
Penaklukan juga dibutuhkan untuk mendapat wilayah sumber alam dan pemasaran bagi produk-produknya.
Penaklukan pertama oleh Jepang adalah belahan selatan pulau Sakhalin milik Rusia pada 1875, kemudian menyusul Kepulauan Ryukyu (1879), belahan selatan Manchuria (1905), Formosa (kini Taiwan) (1895), Korea (1910), dari Perjanjian Versailles 1919 mendapat jajahan Jerman yaitu Kepulauan Mariana, Kepulauan Marshall, Kepulauan Karolina dan Kepulauan Palau, wilayah Manchuria milik Cina direbut pada 1931 dan usaha Jepang untuk menaklukan seluruh Cina berakibat Perang Cina-Jepang II (tanggal 7 Juli 1937 hingga 2 September 1945). Sejak itu Jepang mulai panen kecaman internasional.
Langkah Jepang di Asia Tenggara diawali dengan masuk ke Indocina Perancis tanpa perlawanan pada 1940. Tujuannya pokoknya adalah firdaus tropis Hindia Belanda. Setelah melalui ketegangan politik yang ditutupi oleh sopan santun diplomasi antara Jepang dengan AS-Inggris-Belanda maka berkobar Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya (tanggal 7 Desember 1941 hingga 2 September 1945) sebagai bagian dari Perang Dunia II yang dimulai pada 1 September 1939. Untuk kedua kalinya Jepang meruntuhkan mitos keunggulan ras Barat dengan mengalahkan mereka dan merebut wilayah sekitar 21.000.000 km2 termasuk jajahan Barat, hanya dalam waktu delapan bulan. Kekaguman, kecemasan dan akhirnya kebencian bermunculan –bahkan sempat bercampur– baik bagi Timur maupun Barat akibat pendudukan Jepang yang konon lebih menindas dibanding imperialis Barat.
Pasukan Jepang hanya butuh waktu 3 bulan untuk merebut Hindia Belanda, yang dipertahankan oleh AS, Inggris, Australia dan Belanda. Kemenangan Jepang tersebut sungguh memukul martabat Belanda sebagai majikan Hindia Belanda. Rakyat seakan tersentak oleh kesadaran betapa palsu propaganda atau mitos keunggulan ras Barat.
Namun layak disayangkan, Jepang tidak memanfaatkan kekaguman bangsa Timur dengan pendudukan yang ramah di wilayah taklukannya. Jepang ternyata juga meniru Barat dalam soal keunggulan ras, Jepang tidak mau begitu saja disamakan dengan ras Timur lain. Terbukti mereka menganggap diri sebagai saudara tua, makna saudara tua ternyata menganggap boleh berbuat apa saja. Jepang meniru Barat soal keunggulan ras bahkan lebih jauh, menganggap diri sebagai keturunan dewa yang berpuncak pada Tenno Heika. Perilaku kejam terhadap sesama Timur tak terhindarkan dan berakibat muncul kebencian dan perlawanan.
Belum setahun pendudukan, rakyat mengalami kekurangan dan ketakutan. Romusha, juugun ianfu adalah sedikit contoh yang membangkitkan luka di hati rakyat. Namun di balik kesempitan ternyata masih terdapat kesempatan, beberapa jabatan yang diharamkan untuk pribumi selama zaman kolonial Belanda menjadi dihalalkan. Kesempatan lain adalah latihan militer, pribumi direkrut ke dalam organisasi semisal Pembela Tanah Air dan Heiho (cikal bakal tentara nasional). Menjelang usai perang, persiapan menuju kemerdekaan dilaksanakan antara lain dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Ketika Jepang menyerah, dengan sigap para aktivis kemerdekaan memanfaatkannya antara lain dengan proklamasi kemerdekaan, mensahkan konstitusi, menyusun pemerintahan dan pembentukan tentara. Dengan jelas dalam konstitusi menjelaskan tujuan kemerdekaan yang intinya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan tersebut jelas merupakan niat perbaikan mutu bangsa ini yang kembali ke titik nadir akibat penjajahan yang demikian lama.
Para aktivis kemerdekaan menghadapi tantangan berupa serbuan dari luar dan perpecahan di dalam. Tiga kelompok besar yang muncul ketika perioda Kebangkitan Nasional melanjutkan persaingan mendapat peran lebih dalam negara yang baru lahir tersebut, belum lagi dengan berbagai kelompok aktivis tingkat lokal yang bertindak liar, sulit patuh pada pemerintah.
Melalui kehadiran pasukan Persemakmuran Inggris yang mendapat mandat melaksanakan tugas pendudukan berdasar Konferensi Potsdam, aparat sipil dan militer Belanda –lazim disebut Netherlands Indies Civil Administration bertindak sebagai penguasa di (bekas) jajahannya untuk memulihkan tatanan kolonial. Kaum Republik bereaksi keras dan beberapa pertempuran berkobar. Inggris mencoba mengurangi korban dengan mengajak Republik dan NICA menyesuaikan keinginan dalam perundingan.
Dalam tubuh Republik, perbedaan tentang bentuk dan arah masa depan Indonesia sempat berkurang karena perjuangan melawan kolonial menuntut perhatian penuh, namun konflik berdarah tak terhindarkan. Kelompok komunis mencoba membentuk negara sendiri berdasar faham komunis menimbulkan Madiun Affair 1948, yang dapat ditumpas oleh gabungan nasionalis-agamis. Pada 1949 kelompok agamis yang lazim disebut Darul Islam pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo membentuk negara alternatif yang disebut Negara Islam Indonesia. Tentu dengan berasas Islam. Kelak Revolusi Darul Islam dinilai sebagai pemberontakan terbesar –dalam arti terlama dan terluas– pasca 1945.
Revolusi 1945 agaknya gagal mengantar Indonesia mencapai tujuan kemrdekaan. Walau terjadi pemindahan kekuasaan sebagai hasil Konferensi Meja Bundar 1949, struktur dan kultur kolonial tetap utuh, walau sementara melemah. Hal ini terjadi karena Republik didominasi bukan oleh kelompok agamis, umumnya mereka berlatar belakang pendidikan Barat ketika perioda kolonial. Tak mengherankan jika mereka cenderung antipati jika nilai-nilai Islam berlaku. Akibatnya, yang muncul adalah kemerdekaan melaksanakan pengaruh Barat dan bukan memulihkan keunggulan nilai Islam yang sempat tenggelam akibat penjajahan. Proklamasi NII adalah reaksi terhadap kejahiliyahan tersebut.
Penaklukan juga dibutuhkan untuk mendapat wilayah sumber alam dan pemasaran bagi produk-produknya.
Penaklukan pertama oleh Jepang adalah belahan selatan pulau Sakhalin milik Rusia pada 1875, kemudian menyusul Kepulauan Ryukyu (1879), belahan selatan Manchuria (1905), Formosa (kini Taiwan) (1895), Korea (1910), dari Perjanjian Versailles 1919 mendapat jajahan Jerman yaitu Kepulauan Mariana, Kepulauan Marshall, Kepulauan Karolina dan Kepulauan Palau, wilayah Manchuria milik Cina direbut pada 1931 dan usaha Jepang untuk menaklukan seluruh Cina berakibat Perang Cina-Jepang II (tanggal 7 Juli 1937 hingga 2 September 1945). Sejak itu Jepang mulai panen kecaman internasional.
Langkah Jepang di Asia Tenggara diawali dengan masuk ke Indocina Perancis tanpa perlawanan pada 1940. Tujuannya pokoknya adalah firdaus tropis Hindia Belanda. Setelah melalui ketegangan politik yang ditutupi oleh sopan santun diplomasi antara Jepang dengan AS-Inggris-Belanda maka berkobar Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya (tanggal 7 Desember 1941 hingga 2 September 1945) sebagai bagian dari Perang Dunia II yang dimulai pada 1 September 1939. Untuk kedua kalinya Jepang meruntuhkan mitos keunggulan ras Barat dengan mengalahkan mereka dan merebut wilayah sekitar 21.000.000 km2 termasuk jajahan Barat, hanya dalam waktu delapan bulan. Kekaguman, kecemasan dan akhirnya kebencian bermunculan –bahkan sempat bercampur– baik bagi Timur maupun Barat akibat pendudukan Jepang yang konon lebih menindas dibanding imperialis Barat.
Pasukan Jepang hanya butuh waktu 3 bulan untuk merebut Hindia Belanda, yang dipertahankan oleh AS, Inggris, Australia dan Belanda. Kemenangan Jepang tersebut sungguh memukul martabat Belanda sebagai majikan Hindia Belanda. Rakyat seakan tersentak oleh kesadaran betapa palsu propaganda atau mitos keunggulan ras Barat.
Namun layak disayangkan, Jepang tidak memanfaatkan kekaguman bangsa Timur dengan pendudukan yang ramah di wilayah taklukannya. Jepang ternyata juga meniru Barat dalam soal keunggulan ras, Jepang tidak mau begitu saja disamakan dengan ras Timur lain. Terbukti mereka menganggap diri sebagai saudara tua, makna saudara tua ternyata menganggap boleh berbuat apa saja. Jepang meniru Barat soal keunggulan ras bahkan lebih jauh, menganggap diri sebagai keturunan dewa yang berpuncak pada Tenno Heika. Perilaku kejam terhadap sesama Timur tak terhindarkan dan berakibat muncul kebencian dan perlawanan.
Belum setahun pendudukan, rakyat mengalami kekurangan dan ketakutan. Romusha, juugun ianfu adalah sedikit contoh yang membangkitkan luka di hati rakyat. Namun di balik kesempitan ternyata masih terdapat kesempatan, beberapa jabatan yang diharamkan untuk pribumi selama zaman kolonial Belanda menjadi dihalalkan. Kesempatan lain adalah latihan militer, pribumi direkrut ke dalam organisasi semisal Pembela Tanah Air dan Heiho (cikal bakal tentara nasional). Menjelang usai perang, persiapan menuju kemerdekaan dilaksanakan antara lain dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Ketika Jepang menyerah, dengan sigap para aktivis kemerdekaan memanfaatkannya antara lain dengan proklamasi kemerdekaan, mensahkan konstitusi, menyusun pemerintahan dan pembentukan tentara. Dengan jelas dalam konstitusi menjelaskan tujuan kemerdekaan yang intinya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan tersebut jelas merupakan niat perbaikan mutu bangsa ini yang kembali ke titik nadir akibat penjajahan yang demikian lama.
Para aktivis kemerdekaan menghadapi tantangan berupa serbuan dari luar dan perpecahan di dalam. Tiga kelompok besar yang muncul ketika perioda Kebangkitan Nasional melanjutkan persaingan mendapat peran lebih dalam negara yang baru lahir tersebut, belum lagi dengan berbagai kelompok aktivis tingkat lokal yang bertindak liar, sulit patuh pada pemerintah.
Melalui kehadiran pasukan Persemakmuran Inggris yang mendapat mandat melaksanakan tugas pendudukan berdasar Konferensi Potsdam, aparat sipil dan militer Belanda –lazim disebut Netherlands Indies Civil Administration bertindak sebagai penguasa di (bekas) jajahannya untuk memulihkan tatanan kolonial. Kaum Republik bereaksi keras dan beberapa pertempuran berkobar. Inggris mencoba mengurangi korban dengan mengajak Republik dan NICA menyesuaikan keinginan dalam perundingan.
Dalam tubuh Republik, perbedaan tentang bentuk dan arah masa depan Indonesia sempat berkurang karena perjuangan melawan kolonial menuntut perhatian penuh, namun konflik berdarah tak terhindarkan. Kelompok komunis mencoba membentuk negara sendiri berdasar faham komunis menimbulkan Madiun Affair 1948, yang dapat ditumpas oleh gabungan nasionalis-agamis. Pada 1949 kelompok agamis yang lazim disebut Darul Islam pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo membentuk negara alternatif yang disebut Negara Islam Indonesia. Tentu dengan berasas Islam. Kelak Revolusi Darul Islam dinilai sebagai pemberontakan terbesar –dalam arti terlama dan terluas– pasca 1945.
Revolusi 1945 agaknya gagal mengantar Indonesia mencapai tujuan kemrdekaan. Walau terjadi pemindahan kekuasaan sebagai hasil Konferensi Meja Bundar 1949, struktur dan kultur kolonial tetap utuh, walau sementara melemah. Hal ini terjadi karena Republik didominasi bukan oleh kelompok agamis, umumnya mereka berlatar belakang pendidikan Barat ketika perioda kolonial. Tak mengherankan jika mereka cenderung antipati jika nilai-nilai Islam berlaku. Akibatnya, yang muncul adalah kemerdekaan melaksanakan pengaruh Barat dan bukan memulihkan keunggulan nilai Islam yang sempat tenggelam akibat penjajahan. Proklamasi NII adalah reaksi terhadap kejahiliyahan tersebut.
No comments:
Post a Comment