Thursday, February 23, 2012

METODE PEMBELAJARAN - RPP

GustiNobel :

KEEFEKTIPAN MODEL REKONSTRUKSI KOGNITIF DAN TEKNIK-TEKNIK KOOPERATIF GI, MURDER, DAN STAD DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA


I Wayan Santyasa, Nyoman Subratha, I N P Suwindra

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Negeri Singaraja


Abstrak

            Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis secara deskriptif keefektifan Model Rekonstruksi Kognitif (MRK)  terhadap perubahan miskonsepsi siswa dalam pembelajaran fisika, (2) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan Model Pembelajaran Linear (MPL), (3) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antar seting pembelajaran Group Investigation (GI), MURDER (MDR), dan STAD (STD), (4) menganalisis keefektifan interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar, (5) menganalisis hubungan kausal antar variabel-variabel yang membangun MRK yaitu: pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar fisika.
            Penelitian ini adalah jenis eksperimen kuasi versi faktorial 3´2 dengan model unequivalence pretest-posttest control group design. Populasi penelitian adalah 12 kelas siswa kelas I dari 4 SMAN di kota Singaraja semester II th. pelajaran 2002/2003. Berdasarkan teknik random kelompok bertahap, terpilih SMAN 3 Singaraja melaksanakan MRK dengan seting GI kelas I-4, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2 dan SMAN 4 melaksanakan MPL dengan seting GI kelas I-1, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar fisika, angket persepsi, dan angket motivasi. Instrumen tes hasil belajar yang tersusun atas 12 butir tes pemahan konsep (internal consistency: r = 0,27 s.d r = 0,62, dan a = 0,65)  dan 13 butir tes aplikasi dan analisis konsep (internal consistency: r = 0,28 s.d r = 0,60, dan a = 0,72)  digunakan untuk mengunpulkan data pengetahuan awal dan hasil belajar siswa. Tes pemahaman konsep digunakan untuk menjaring miskonsepsi siswa. Angket persepsi terdiri dari 25 butir (internal consistency: r = 0,36 s.d r = 0,66, dan a = 0,88) digunakan untuk mengumpulkan data  persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran dan angket motivasi (internal consistency: r = 0,34 s.d r = 0,68, dan a = 0,92) digunakan untuk mengumpulkan data motivasi berprestasi siswa. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, analisis kovarian, dan analisis jalur. Teknik analisis menggunakan program SPSS 10.0 FW dengan pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terungkap delapan tipe miskonsepsi dengan persentase siswa kelompok MRK berkurang dari 31,55% sebelum eksperimen menjadi 11,55% setelah eksperimen, sedangkan persepstase miskonsepsi siswa kelompok MPL berubah dari 25,51% menjadi 26,95%. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan MPL (F = 255,031 dengan p<0,01), hasil belajar kelompok MRK lebih tinggi dibandingkan dengan MPL, (3) Terdapat perbedaan hasil belajar antar seting GI, MDR, dan STD (F = 7,756 dengan p<0,01), hasil belajar seting GI paling tinggi, disusul MDR kemudian STD. (4) Terdapat keefektifan interaktif  antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar fisika (F = 4,716 dengan p<0,05). (5) Terdapat hubungan kausal antara pengetahuan awal, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan hasil belajar fisika (F = 60,015 dengan p<0,01). Secara bersama-sama varian ketiga prediktor dapat menjelaskan varian hasil belajar fisika sebesar 69,0%, dengan sumbangan efektif masing-masing adalah: pengetahuan awal 25,31%, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran 34,63%, dan motivasi berprestasi 8,96%.
Kata-kata kunci: pembelajaran—model rekonstruksi—hasil belajar

 

Abstract


            The purposis of this research were to: (1) analys an effectiveness of  cognitive reconstruction model (CRM) descriptibely to students’ misconception change in physics instruction, (2) explain studnts’ achievement difference between the CRM and linear instruction model (LIM), (3) explain studnts’ achievement difference among group investigation, mood-understand-recall-detect-elaborate-review (MURDER), students-team achievement division (STAD) isntruction settings, (4) anlys an interactive effectiveness between the models and the settings to students’ achievement, (5) analys  acausal realtion among the CRM variables, namely: prior knowledge, achievement motivation, instruction massage, and students’ achievement.
            This research was a quasi experiemntal in factorial 3´2 version with unequivalence pretest-posttest control group design. The population were 12 classes of first grade students of four SMAN in Singaraja cotage in semester II in the academic years 202/2003. Based on a cluster random technique, there were selected SMAN 3 Singaraja conducted the CRM and I-4, I-3, and I-2 in the setting GI, MURDER,and STAD respectively, while SMAN 4 conduted the LIM and I-1, I-3, and I-2 conducted the setting GI, MURDER,and STAD respectively. A chievement test, perception and achievement motivation questionnaires were instruments in this research. The first instrument consisted of 12 concept understanding items (internal consistency: r = 0.27 s.d r = 0.62, dan a = 0.65) and 13 concept application and anlysis items (internal consistency: r = 0.28 s.d r = 0.60, dan a = 0.72) were used to colect the students’  prior knowledge and achievement. To explore the students’ misconception, the concept undestanding test was used. The second instrument consisted of 25 items (internal consistency: r = 0.36 s.d r = 0.66, dan a = 0.88) was used to collect the students’ perception to the instruction massage To collect the students’ motivation, the third instrument (internal consistency: r = 0.34 s.d r = 0.68, dan a = 0.92) was used. To analys the data, the descriptive analysis, the analysis of covariance, and the path analysis were used. Analysis technique used the SPSS 10.0 FW program. To test the hypothesis, a 5.0% of significance level was used.
            The results of the study showed that: (1) there were eight misconception types which were the CRM group percentage were underwet of 31.55% befor to 11.55% after experiment, while the LIM group event change of 25.51% to 26.95%. (2) There was a deferent of the students’ achievement between RCM and LIM groups (F = 255.031; p<0.01), the RCM groups achiement was higher than the LIM groups. (3) There was a deferent of the students’ achievement among the GI, MURDER, and STAD groups (F = 7.756; p<0.01), the order of the achievement from highest to lower were achieved by GI, MURDER, dan STAD respectively.(4) There was an interactive effectiveness between the models and the settings to the students’ achievement (F = 4.716; p<0.05). (5) There were causal relations among the prior knowledge, students’ perception to instruction massage, achievement motivation, and students’ achievement (F = 60.015; p<0.01). The achievent variance can be explained of 69.0% by the predictors variances collectively. The effective contribution of each predictor was 25.31%, 34.63, and 8.96% by the prior knowledge, students’ perception, and motivation respectively.


Key words: instruction—reconstruction model—achievement



1. PENDAHULUAN
Model rekonstruksi kognitif (MRK) dibangun oleh variabel-variabel pengetahuan awal siswa, motivasi belajar, interaksi sosial, dan pesan pembelajaran. Pengetahuan awal merupakan spring board bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik (Brook & Brook, 1993). Dochy (1996) menyimpulkan bahwa pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa berkontribusi signifikan terhadap skor-skor pascates. Dia menemukan bahwa skor-skor pascates dapat dijelaskan oleh skor-skor pengetahuan awal sebesar 50%. Motivasi berprestasi muncul dari dalam diri siswa dalam bentuk motivasi intrinsik. Menurut Dole & Sinatra (1998), motivasi berprestasi merupakan tonggak bagi siswa untuk memperbaiki prakonsepsi yang berlabel miskonsepsi. Interaksi sosial mendasarkan diri pada paradigma peer mediated instruction dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Interaksi sosial yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif sangat mendukung pembentukan makna dalam belajar dalam rangka pengkonstruksian pengetahuan melalui curah pendapat antar siswa. Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not just an individual operation, the individual interacts with others to construct shared knowledge. Pesan pembelajaran terkemas dalam teks sangkalan yang sarat dengan proses-proses sangkalan. Wright dan Govindarajan (dalam Lynch et al., 2001) menyatakan bahwa penggunaan sangkalan dalam pengajaran konsep-konsep fisika memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konseptual secara lebih bermakna, keterampilan-keterampilan kognitif secara bebas, pemikiran kreatif dan kritis, rasa percaya diri dalam menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dalam lingkungan yang senantiasa berubah. Pengetahuan awal, motivasi berprestasi, interaksi sosial, dan pesan pembelajaran secara bersinergi membangun MRK.
Permasalahan-permasalahan yang akan dicarikan solusinya dalam penelitian ini antara lain: (1) bagaimana profil miskonsepsi siswa sebelum dan setelah pembelajaran? (2) apakah terdapat perbedaan keefektifan antara MRK dan pembelajaran linier (MPL) dalam pencapaian hasil belajar fisika? (3) apakah terdapat perbedaan keefektifan antar kelompok-kelompok Group Investigation (GI), MURDER (MDR), dan STAD (STD) dalam pencapaian hasil belajar fisika? (4) apakah terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting pembelajaran dalam pencapaian hasil belajar fisika? (5) apakah terdapat hubungan kausal antar variabel-variabel pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar ?
            Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan miskonsepsi-miskonsepsi siswa, (2) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok MRK dan MPL, (3) menjelaskan perbedaan hasil belajar siswa antar seting pembelajaran GI, MDR, dan STD, (4) menganalisis keefektifan interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar, (5) menganalisis hubungan kausal antar variabel-variabel yang membangun MRK yaitu: pengetahuan awal, motivasi berprestasi, pesan pembelajaran, dan hasil belajar fisika.
            Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, hasil eksplorasi pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa akan sangat bermanfaat bagi para guru fisika SMU dalam mewujudkan pembelajaran bermakna. Di samping itu, mereka memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan MRK dalam pembelajaran dengan seting pembelajaran kooperatif. Manfaat lainnya, bahwa teknik mengases pembelajaran yang meliputi pengukuran respon-respon divergen, penilaian kelompok, dan penilaian perorangan sangat membantu para guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kedua, memfasilitasi siswa untuk self directed learning, karena belajar dengan fasilitas MRK dengan seting kooperatif dapat melibatkan aktivitas-aktivitas membaca, diskusi, pemecahan masalah secara kolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, menggunakan metakognisi, mengaitkan konsep dengan fenomena dunia nyata. Ketiga, membawa perubahan dari pembelajaran yang bersifat rigidly applied algorithms menuju flexibility applied algorithms.       Keempat, memberikan latar dan landasan teoretik pentingnya pembelajaran aspek sosial dalam pengajaran fisika dan untuk lebih memahami pentingnya pergeseran paradigma dari teacher mediated instruction menuju peer mediated instruction.

2. METODE PENELITIAN
            Penelitian ini adalah jenis eksperimen kuasi versi faktorial 3´2 dengan model unequivalence pretest-posttest control group design. Faktor pertama adalah model pembelajaran, yaitu: MRK dan MPL. Faktor kedua adalah seting pembelajaran, yaitu: GI, MDR, dan STD. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika.
Populasi penelitian adalah 12 kelas siswa kelas I dari 4 SMAN di kota Singaraja semester II th. pelajaran 2002/2003. Berdasarkan teknik random kelompok bertahap, terpilih SMAN 3 Singaraja melaksanakan MRK dengan seting GI kelas I-4, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2 dan SMAN 4 melaksanakan MPL dengan seting GI kelas I-1, MDR kelas I-3, dan STD kelas I-2.
Sebagai bahan intervensi, dalam penelitian ini dikembangkan teks ajar fisika dan lembaran kerja siswa. Teks ajar tersebut dibedakan atas dua jenis, (1) teks fisika bermuatan MRK dan (2) teks fisika bermuatan MPL.
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain:  angket persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, angket motivasi berprestasi, dan tes hasil belajar fisika.
Angket persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran digunakan untuk mengumpulkan data penilaian siswa terhadap pesan pembelajaran. Indikator-indikatornya adalah persepsi siswa terhadap: permasalahan di awal teks, ungkapan miskonsepsi, sangkalan  miskonsepsi, sajian konsep dan prinsip yang menggoyahkan miskonsepsi, sajian penerapan konsep daam kehidupan nyata, dan sajian pertanyaan di akhir teks.  Konsistensi internal  angket bergerak dari r = 0,36 hingga r = 0,66 dengan koefisien reliabilitas 25 butir adalah a = 0,88.
Angket motivasi berprestasi digunakan untuk mengumpulkan data motivasi siswa dalam belajar dengan fasilitas MRK. Indikator-indikatornya adalah: merespon informasi baru, memiliki kepentingan terhadap hasil belajar, personal relevamce, self-confidence, self-monitor, self-regulation, penguasaan konsep, kebutuhan memperoleh peringkat, persepsi terhadap teman sebaya, persepsi terhadap lingkungan kooperatif. Dari 40 butir yang diuji coba, ditetapkan 32 butir untuk penelitian dengan konsistensi internal bergerak dari r = 0,34 sampai dengan r = 0,68 dengan koefisien reliabilitas a = 0,92.
Tes hasil belajar fisika merupakan gabungan antara tes pemahaman konsep dan tes aplikasi dan analisis konsep. Tes pemahaman konsep disusun berbentuk pilihan ganda diperluas dan tes aplikasi dan analisis konsep dikonstruksi dalam bentuk esai dengan tipe open-ended questions. Tes pemahaman konsep yang terdiri dari 12 butir menggunakan skala penilaian 0-4. Konsistensi internalnya bergerak dari r = 0,27 sampai dengan r = 0,62 dengan koefisien reliabilitas a = 0,65. Tes aplikasi dan analisis konsep terdiri dari 13 butir yang setia butinya mengunakan skala penilaian 0-5. Konsistensi internalnya bergerak dari r = 0,28 sampai dengan r = 0,60 dengan koefisien reliabilitas a = 0,73.
Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis kovarian faktorial 3´2 dan analisis jalur. Sebagai unit analisis dalam analisis kovarians faktorial 3´2 tersebut adalah enam kelas sampel dengan masing-masing kelas berjumlah 40 orang. Sebagai unit analisis dalam analisis jalur adalah 85 orang siswa sebagai sampel dari kelompok pembelajaran berbasis MRK. Analisis statistik inferensial menggunakan bantuan program komputer SPSS FW 10.0 dengan keputusan hasil analisis ditetapkan pada taraf signifikansi minimal 5%.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi miskonsepsi

Penelitian ini menerapkan dimensi konseptual getaran dan gelombang mekanik. Berdasarkan hasil identifikasi jawaban siswa terhadap 12 butir tes pemahaman konsep, terungkap 8 tipe miskonsepsi. Tipe-tipe miskonsepsi tersebut adalah: (1) frekuensi getaran pegas tidak dipengaruhi oleh massa beban, (2) semakin besar massa beban, semakin besar pula frekuensi getaran pegas, (3) frekuensi ayunan bandul dipengaruhi oleh massa bandul, (4) frekuensi ayunan bandul dipengaruhi oleh simpangan bandul, (5) energi potensial pegas besarnya selalu tetap di semua kedudukan, (6) perambatan gelombang diikuti oleh perambatan partikel-partikel medium, (7) cepat rambat gelombang mekanik dipengaruhi oleh panjang gelombangnya, (8) cepat rambat gelombang air tidak dipengaruhi oleh kedalaman air. Persentase siswa kelompok MRK berkurang dari 31,55% sebelum eksperimen menjadi 11,55% setelah eksperimen, sedangkan persepstase miskonsepsi siswa kelompok MPL berubah dari 25,51% menjadi 26,95%.
3.2 Pengujian hipotesis
            Sebelum melakukan analisis kovarian dan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi tentang normalitas, homogenitas, dan linnearitas. Berdasarkan hasil analisis, terungkap bahwa nilai-nilai statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene menunjukkan angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Jadi, data penelitian berdistri normal dan homogen. Hasil scatter plot menunjukan bahwa data tersebar merata yang mengindikasikan syarat linearitas terpenuhi. Jadi anakova faktorial dan analisis jalur dapat dilanjutkan. Hasil anakova faktorial 3´2 ditunjukkan pada Tabel 01.

Tabel 01

Ringkasan hasil analisis kovarian faktorial 3x2


Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
10983,350
6
1830,558
52,407
,000
Intercept
15842,436
1
15842,436
453,554
,000
Y1
472,566
1
472,566
13,529
,000
X1
541,808
2
270,904
7,756
,001
X2
8908,111
1
8908,111
255,031
,000
X1 * X2
329,432
2
164,716
4,716
,010
Error
8138,584
233
34,930


Total
630778,000
240



Corrected Total
19121,933
239




Berdasarkan Tabel 01, dapat dirangkum hasil analisis sebagai berikut. (1) Kovariat pengetahuan awal (Y1) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika (F = 13,529  dengan p<0,05). (2) Ho yang menyatakan: “tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok MRK dan MPL”, ditolak [F(X1) = 255,031 dengan p<0,01]. Hasil belajar kelompok MRK (m = 57,7) lebih tinggi dibandingkan kelompok MPL (m = 43,2). (3) Ho yang menyatakan: “tidak terdapat perbedaan hasil belajar antar kelompok GI, MDR, dan STD”, ditolak [F(X1) = 7,756 dengan p<0,01]. Hasil belajar paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok GI (m = 52,5), disusul MDR (m = 50,0), dan terendah STD (m = 48,9). (4) Ho yang menyatakan: “Tidak terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting pembelajaran terhadap hasil belajar fisika”, ditolak [F(X1*X2) = 4,716 dengan p<0,05].
                               





                                                                                                   
                                                       




Gambar 01
Model informal empirik hasil analisis jalur

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan awal (Y1), pesan pembelajaran (Y3), motivasi berprestasi (Y4), dan hasil belajar (Y2) ditunjukkan pada Gambar 01.
            Berdasarkan Gambar 01, dapat dianalisis hubungan langsung dan tak langsung antar variabel seperti pada Tabel 02.
Tabel 02
Hubungan langsung dan tak langsung antar variabel  MRK

Variabel Bebas
Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Hasil belajar siswa (Y2)
Langsung
Tang Langsung
Total
Pengetahuan awal (Y1)
0,379
0,456x0,477=0,218
0,288x0,163=0,047
0,597
0,426
Persepsi siswa terhadap pesan  pembelajaran (Y3)
0,477
0,331x0,163=0,054
0,531
Motivasi berprestasi (Y4)
0,163
-
0,163

            Sumbangan efektif (SE) secara bersama Y1, Y3, dan Y4 terhadap variabel Y2 adalah sebesar 69%. Artinya, secara bersama-sama variabel bebas tersebut dapat menjelaskan variabel hasil belajar sebesar 69%, selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar Y1, Y3, dan Y4. Sedangkan SE masing-masing variabel adalah: Y1 sebesar 25,31%, Y3 sebesar 34,63%, dan Y4 sebesar 8,96%.

3.3 Pembahasan
Penelitian ini mengungkap bahwa ternyata sebelum mengikuti pembelajaran para siswa telah memiliki gagasan-gagasan yang cukup komplek. Gagasan siswa tersebut kebanyakan masih berlabel miskonsepsi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya (Bern & Erickson, 2002; Dawson, 1992; Dochy, 1996; Duit, 1996, Ramsey, 1993). Eksplorasi tipe-tipe miskonsepsi tersebut sangat penting dalam rangka menetapkan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran yang berorientasi pada miskonsepsi siswa akan meningkatkan hasil belajar (Dochy, 1996; Duit, 1996).
            Seting kooperatif GI, MDR, dan STD yang diterapkan sebagai seting pembelajaran menunjukkan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian hasil belajar. Teknik GI memberikan peluang kebebasan lebih banyak kepada para siswa untuk berekspresi, menunjukkan gagasan, berdiskusi, menyelidiki, menemukan, belajar bagaimana belajar, belajar dan bertindak, dan berinteraksi sesama dengan kadar kolaborasi yang cukup tinggi. Dalam seting MDR, peluang tersebut hampir 50% berkurang, dan dalam seting STD 75% berkurang. Perbedaan kadar kolaborasi tersebut akan mewarnai proses pembelajaran dan hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar tertinggi diraih oleh kelompok GI, disusul MDR, dan terendah STD. Oleh sebab itu, pembelajaran fisika akan menunjukkan proses dan hasil belajar efektif apabila menerapkan GI sebagai seting pembelajaran.
Dalam penelitian ini, MRK dikemas dalam bentuk refutational text sedangkan MPL dikemas dalam bentuk linear text. Berdasarkan indikator-indikator bahwa belajar adalah perubahan paradigma seseorang, pengetahuan fisika tidak fix, belajar fisika adalah aktivitas mind-on dan hand-on, fisika adalah fenomena dunia nyata, dan konstruksi pengetahuan fisika sebagian merupakan hasil dari aktivitas share knowledge, maka teknik-teknik kooperatif tersebut akan lebih cocok menjadi seting MRK dibandingkan MPL. Secara empirik, penelitian ini mengungkapkan bahwa hasil belajar kelompok MRK lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok MPL. Implikasinya, bahwa MRK akan memberi peluang terjadinya belajar bermakna bagi siswa dan akan lebih bersinergi jika dikombinasikan dengan GI dalam pembelajaran fisika dalam rangka menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
            Variabel MRK dibangun oleh variabel-variabel pengetahuan awal, motivasi, pesan pembelajaran, dan interaksi sosial. Siswa akan dapat belajar lebih bermakna apabila pembelajaran mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan awal mereka. Belajar bermakna juga akan terjadi apabila pengetahuan baru tersebut disajikan melalui pesan-pesan pembelajaran dengan kemasan yang benar, ilmiah, menarik, menantang, proporsional, melatih berpikir, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Kemasan pengetahuan baru seperti itu dan yang koheren dengan pengetahuan awal siswa akan dipersepsi secara positif oleh para siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan awal, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan hasil belajar. Hasil belajar cenderung dapat dijelaskan oleh pengetahuan awal, pesan pembelajaran, dan motivasi berprestasi.
Kemasan pengetahuan baru yang koheren dengan pengetahuan awal siswa juga akan membangkitkan motivasi intrinsik para siswa. Artinya, pengetahuan awal dan persepsi yang positif akan meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi. Pernyataan ini sesuai dengan temuan penelitian bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan awal dan persepsi siswa dengan motivasi berprestasi. Ditemukan pula bahwa, pengetahuan awal memiliki pengaruh langsung dan tak langsung terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar fisika. Artinya, siswa yang memiliki keyakinan bahwa pengetahuan awalnya yang salah adalah kurang bermanfaat, siswa itu akan semakin memiliki kesadaran menjalani konflik kognitif, dan semakin termotivasi untuk berpretasi.  Pengaruh tak langsung tersebut terjadi melalui persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran. Kemauan siswa untuk berprestasi terjadi sebagai akibat pesan yang dapat mengaktifkan secara optimal pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa untuk berkembang. Peran para guru menurut perspektif ini adalah sebagai fasilitator yang dinamis, utamanya dalam mengemas pesan yang benar, relevan, dan komprehensif. Dengan demikian, guru akan memberi peluang kepada para siswa agar memiliki persepsi positif terhadap belajar. Persepsi positif terhadap belajar akan memudahkan para siswa mengintegrasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, mengembangkannya, dan menerapkannya secara produktif dalam kehidupan nyata (Marzano et al, 1993).


4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Sebelum pembelajaran, para siswa telah memiliki konsepsi tentang fisika. Namun, konsepsi tersebut kebanyakan berlabel miskonsepsi.
Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok MRK dan kelompok MPL. MRK terevaluasi lebih efektif dibandingkan dengan MPL dalam pencapaian hasil belajar fisika.
Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antar kelompok-kelompok GI, MDR, dan STD.  GI terevaluasi paling unggul, disusul MDR, dan terakhir STD dalam pencapaian hasil belajar fisika.
Terdapat pengaruh interaktif antara model dan seting belajar kooperatif  terhadap hasil belajar fisika. MRK cenderung berinteraksi dengan GI dan/atau MURDER dalam pencapaian hasil belajar, sedangkan MPL cenderung berinteraksi dengan STAD.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antar variabel-variabel pengetahuan awal, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran, motivasi berprestasi, dan hasil belajar fisika. Ketiga variabel pertama dapat menjelaskan hasil belajar fisika sebesar 69%. Sumbangan efektif masing-masing variabel tersebut terhadap variabel hasil belajar fisika adalah: pengetahuan awal sebesar 25,31%, persepsi siswa terhadap pesan pembelajaran sebesar 34,63%, dan motivasi berprestasi sebesar 8,96%.

4.2 Rekomendasi
            Rekomendasi yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran fisika SMA hendaknya dirancang berbasis pengetahuan awal siswa, pesan pembelajaran, motivasi berprestasi siswa, dan interaksi sosial antar siswa. (2) Pesan pembelajaran hendaknya dikemas sesuai dengan kebutuhan para siswa. (3) MRK sangat layak diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. (4) Penerapan MRK dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan langkah-langkah:  mengeksplorasi dan mengaktifkan pengetahuan awal, memelihara persepsi yang positif, membangkitkan motivasi intrinsik, dan meningkatkan interaksi sosial para siswa. Interaksi sosial siswa dapat dibangkitkan dengan penerapan seting kooperatif Group Investigation.


DAFTAR PUSTAKA


Berns, R. G., & Erickson, P. M. 2001. Contextual teaching and learning: Preparing students for the new economy. http//nccte.com/publication/ infosystem/ highlightzone/highlight05-ctl.html.
Brooks, J. G. & Brooks, M. G. 1993. In search of understanding: The case for constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.Hammer, D. 2000. Student resources for learning introductory physics. Physiscs Education Research, Am. J. Phys. Suppl. 68(7). S52-S59.
Costa, A. L., (Ed.). 1999. Teaching for intelligence. Arlington Heights, Illinois: Skylight Training and Publishing, Inc.
Dawson, C. 1992. The scientific and the everyday: Two different ways of knowing. Some implication for science teachers. The Australian Science Teachers Journal, 38(1). 19-24.
Dochy, F. J. R. C. 1996. Prior knowledge and learning. Dalam Corte, E.D., & Weinert, F. (eds.): International Encyclopedia of Developmental and Instructional Psychology. New York: Pergamon
Dole, J. A. & Sinatra, G. M. 1998. Reconceptualizing change in the cognitive construction of knowledge. Educational Psichologist, 33(2/3), 109-128.
Duit, R. 1996. Preconception and misconception. Dalam Corte, E.D., & Weinert, F. (eds.): International Encyclopedia of Developmental and Instructional Psychology. New York: Pergamon
Hewson, P. W., & Thorley, N. R. 1989. The condition of conceptual change in the classroom. International Journal of  Science Education. Vol.11. special issues. pp. 541-553.
Hynd, C. R., Whorter, J. Y. V., Phares, V. L., & Suttles, C. W. 1994. The role of instructional variables in conceptual change in high school physics topics. Journal of Research In Science Teaching. 31(9). 933-946.
Jacob, E. 1999. Cooperative learning in context: An educational innovation in everyday class-rooms. New York: State University.
Kerlinger, F.N. 2000. Asas-asas penelitian behavioral. Terjemahan: Foundation behavioral research, oleh: Simatupang, L. R., & Koesoemanto, H. J. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lynch, M. D., Harris, C. R., & Williams, E. N. 2001. Stimulating the development of thalen for creative productivity in children through the use of refutational processess. Dalam Lynch, M. D., & Harris, C. R. (Eds.): Fostering creativity in children, K-8, Theory and practice. 40-48. Boston: Allyn & Bacon.
Marzano, R., Pickering, D., & McTighe, J. 1993. Assessing student outcome: Performance assessment using the dimensions of learning model. Alexandria, Va.: Associatiomn for supervision in curriculum development.
Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. 1984. Measurement and evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Ramsey, J. 1993. Developing conceptual storylines with the learning cycle. Journal of elementary science education, 5(2). 1-20.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Tuckman, B.W. 1999. Conducting educational research. Fifth edition. New York: Harcourt Brace College Publisher.

Model Pembelajaran / RPP.. klik disini

No comments: