MIKROKONTROLER
APLIKASI
MIKROKONTROLER AT89S51 DALAM SISTEM KENDALI LAMPU BERBASIS KOMPUTER
![]() |
Gusti M Faisal Amrurrahman
10.04.0977
Kelas : D
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK)
INDONESIA BANJARMASIN
TAHUN 2011
APLIKASI MIKROKONTROLER
AT89S51 DALAM SISTEM KENDALI LAMPU BERBASIS KOMPUTER
Mikrokontroler
AT89S51 (mC
AT89S51) adalah mikrokontroler keluarga MCS51 yang mempunyai arsitektur dasar
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu memori, ALU (Arithmetic Logic Unit)
dan I/O. Struktur memori dari AT89S51 terdiri dari Random Acces Memory (RAM)
internal, Special Function Register (SFR) dan Flash
Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM). Pin-out mikrokontroller
AT89S51 tampak seperti pada Gambar 1 (Putra, 2002).

Seperti layaknya
sebuah komputer, mikrokontroler juga membutuhkan perangkat lunak (software)
dalam mengolah data. Tanpa software mikrokontroler tidak dapat bekerja
sesuai yang diharapkan .
Program disusun
dengan menggunakan pemrograman ALDS (Assembly Language Definition
System). Bahasa assembly adalah bahasa pemrograman tingkat rendah
yang langsung berinteraksi dengan perangkat keras komputer. Format
bahasa assembly terdiri atas mnemonik, label, operand, dan komentar.
Penelitian ini
diharapkan berguna sebagai salah satu masukan dan referensi bagi dunia IPTEK,
khususnya bidang kendali berbasis mikrokontroler, dan dapat dikembangkan
menjadi sistem kendali lain yang lebih kompleks.
Perancangan Perangkat
Keras (Hardware)
Sistem peralatan untuk mengontrol
lampu terdiri dari Personal Computer (PC),
mikrokontroler, rangkaian saklar lampu
dan rangkaian sensor cahaya. Susunan peralatan
penelitian tampak dalam diagram kotak
pada Gambar 2.

Komunikasi serial
dengan PC dapat dilakukan dengan menggunakan IC RS232 (berfungsi
mengubah level TTL ke RS232) yang dihubungkan ke port TXD dan RXD pada mC AT89S51 (Budiharto,
2004). Data melalui port tersebut dikirim secara bergantian (per bit) ke
PC. Tipe komunikasi serial yang digunakan dalam penelitian adalah tipe UART (Universal
Asyncronous Receiver Transmitter). Tipe UART secara lengkap memiliki
sebuah bit berhenti (stop bit). Pengaturan baudrate diperlukan
untuk mengatur kecepatan pengiriman dan penerimaan data antara dua prosesor.
Kecepatan pengiriman dan penerimaan data ke dua prosesor harus bersesuaian.
Jika tidak, maka sistem komunikasi serial akan gagal.

Saklar lampu
berbentuk rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai saklar elektrik untuk on/off
lampu. Sensor cahaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah LDR (Light
Dependent Resistor) yang mempunyai karakteristik apabila intensitas cahaya
yang mengenai LDR bertambah maka akan membuat hambatan LDR semakin
kecil, dan jika intensitas cahaya yang mengenai LDR berkurang maka akan membuat
hambatan LDR semakin besar. Lampu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lampu biasa dengan spesifikasi berbentuk bohlam, daya 5 Watt dan
tegangan 220 Volt.
Pengoperasian
transistor sebagai saklar berarti transistor dioperasikan pada daerah jenuh (saturate)
dan daerah sumbat (cut off). Jika berada pada daerah jenuh berarti
transistor dalam keadaan tertutup antara kolektor dan emitor, sedangkan dalam
daerah sumbat transistor berfungsi sebagai saklar yang terbuka. Untuk dapat
mengoperasikan transistor pada daerah jenuh, perlu dilakukan pengaturan arus
basis (IB) dan tegangan basis
(VB) terhadap arus yang
dialirkan pada kolektor. Basis hanya akan mengalirkan arus apabila terdapat
beda potensial ± 0,7 Volt, sebab komponen penyusun transistor adalah dioda
yang tegangan jatuhnya adalah sebesar ± 0,7 Volt untuk dapat
mengalirkan arus (Malvino, 1996). Komponen yang menghubungkan saklar dengan
lampu adalah
relay, yang bekerja
secara elektromagnetik.

Rangkaian sensor cahaya
tampak pada Gambar 6. Ketika LDR terkena cahaya lampu, maka hambatan LDR
akan menurun drastis (± 300W). Hal ini akan menyebabkan arus basis
(IB) mengalir dan dapat
menyebabkan transistor menjadi menghantar (VCE atau tegangan keluaran (Vout) hampir sama dengan
VCC). Keadaan ini akan
diterima (dibaca) oleh mikrokontroler, yang akan mengirimkannya ke PC,
sehingga user mengetahui bahwa lampu menyala. Sedangkan apabila LDR tidak
terkena cahaya lampu, maka hambatan LDR akan sangat besar (± 10KW) dan tidak ada arus
basis (IB) yang mengalir,
sehingga transistor akan tersumbat (VCE = 0 atau tegangan keluaran mendekati nol).
Keadaan ini diterima oleh mikrokontroler dan dikirim ke PC, sehingga
ditampilkan pesan bahwa lampu padam.

Tahapan pemrograman pada mikrokontroler
adalah sebagai berikut:
1. Inisialisasi hardware
2. Terima Interupsi Serial
3. Serial Buffer
4. Accumulator
5. Mengontrol Port 0
6. Baca LDR (Port 2)
7. Kirim ke PC
Langkah pertama dalam
pembuatan perangkat lunak pada PC adalah inisialisasi hardware. Prosedur
inisialisasi hardware meliputi dua prosedur, yaitu prosedur kirim dan
prosedur terima. Prosedur kirim adalah prosedur untuk memberi perintah ke
mikrokontroler, sedangkan prosedur terima adalah prosedur yang menerima data
dari mikrokontroler. Untuk komunikasi serial program Delphi dengan
mikrokontroler, pada Delphi digunakan komponen tambahan, yaitu comport
sehingga prosedur inisialisasi hardware lebih singkat. Setelah
merancang alat, maka dilakukan pengujian untuk mengetahui kinerja alat dan
program yang telah dibuat. Pengujian dilakukan secara keseluruhan dengan
menggabungkan semua unit alat dan program untuk membentuk suatu sistem yang
lengkap sehingga dapat diketahui kinerja dari tugas akhir yang telah dibuat.
Pengujian dilakukan baik pada perangkat keras maupun perangkat lunak. Pengujian
program yang di-download ke mikrokontroler dapat dilakukan dengan
menggunakan hyperterminal. Setelah proses download program ke
mikrokontroler selesai, selanjutnya aktifkan hyperterminal dan langsung mengetikkan
perintah yang diinginkan. Gambar 7 menunjukkan bahwa ketika diketikkan „A‟, maka akan
menyalakan lampu1, dan apabila lampu menyala oleh mikrokontroler akan
dikembalikan lagi „A‟, dan apabila lampu tetap menyala ketika
dikirimkan karakter „A‟ lagi maka akan dikembalikan menjadi „a‟, dan ketika
dikirimkan karakter „a‟ maka lampu1 akan padam.

Untuk melakukan
pengujian pastikan bahwa semua perangkat sudah terhubung ke power supply dan
lampu ke jala-jala listrik (AC 220V), kemudian program langsung di-run seperti
tampak pada Gambar 8. Selanjutnya langsung klik tombol yang digunakan untuk
menyalakan lampu sehingga akan muncul “lampu nyala” dan indikator berwarna
hijau seperti Gambar 9, dan jika di klik lagi maka lampu akan padam dan
indikator berwarna merah lagi.


Laporan yang tertera
pada komponen label merupakan hasil pembacaan LDR, sedangkan
indikator warna merah dan hijau adalah gambaran data yang dikirimkan ke
mikrokontroler. Misalnya, jika data yang dikirimkan ke mikrokontroler adalah „A‟, maka indikator akan
berwarna hijau, dan jika data yang dikirimkan adalah „a‟, maka indikator akan
berwarna merah.

Gambar 10 merupakam
tampilan program ketika ada lampu yang dinyalakan akan tetapi lampu tersebut
tetap padam (dalam lingkaran merah). Sistem kendali lampu ini merupakan sistem
kendali yang bersifat real time yang artinya user dapat
mengetahui keadaan lampu (nyala atau padam) secara terus menerus berdasarkan
data yang diterima oleh PC. Ketika tombol lampu1 ditekan, maka PC terus
menerus mengirimkan karakter „A‟ hingga tombol lampu1 dimatikan.
Demikian juga apabila tombol lampu1 sampai lampu8 ditekan, PC akan terus
mengirimkan karakter „A‟, ‟B‟ sampai „H‟ ke mikrokontroler
hingga tombol-tombol tersebut dimatikan, sehingga data yang masuk ke PC akan
selalu dapat diketahui. Hal inilah yang menyebabkan data yang diterima bersifat
real time. Dalam sistem kendali lampu ini masih terdapat kekurangan,
baik pada hardware maupun software. Kekurangan pada hardware adalah
penggunaan LDR sebagai sensor. LDR memiliki sensitifitas yang
cukup tinggi sehingga perubahan intensitas cahaya yang kecil masih dapat
terdeteksi. Maka ketika lampu yang satu padam, tetapi LDR membaca
intensitas cahaya dari lampu yang lain akan menyebabkan laporan yang dikirimkan
ke PC menjadi tidak valid. Kekurangan dari segi software adalah
ketika user hanya meghidupkan satu lampu saja dari delapan lampu yang
ada, maka laporan keadaan lampu akan muncul setelah beberapa detik (sekitar 20
detik), dan apabila laporan tersebut langsung muncul, maka laporan itu adalah
laporan terakhir dari penyalaan lampu sebelumnya. Ketika lampu1 sampai lampu8
diklik laporan juga tidak langsung muncul, dan laporannya muncul secara acak.
Namun dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa sistem kendali lampu ini
sudah memenuhi syarat minimum sebagai suatu sistem kendali. Untuk memperoleh
hasil yang lebih sempurna masih perlu dilakukan penelitian dan pengembangan
lebih lanjut.
Kesimpulan
Pembuatan sistem
kendali lampu diawali dengan pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak,
selanjutnya dilakukan pengujian, baik terhadap perangkat keras maupun perangkat
lunak. Mikrokontroler AT89S51 dapat digunakan sebagai kendali lampu dengan
baik. Penggunaan sensor LDR dengan sensitifitas yang cukup tinggi dalam
sistem ini harus dikondisikan agar sensor tidak membaca intensitas cahaya dari
lampu lain agar tidak mengacaukan laporan yang dikirim ke PC. Program
yang digunakan untuk mengontrol lampu masih kurang sempurna karena ada delay
atau tundaan dalam pengiriman laporan keadaan lampu.
Kepustakaan
Budiharto, W. 2004. Interfacing
Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Cahyono, B. E. 2002. Alat Deteksi
Komposisi Susu dengan Menggunakan Metode Spektroskopi
Cahaya Tampak.
Tesis. Bandung: ITB.
Hasan. 1998. “Aplikasi Sistem Kontrol Optimal
dalam Reaktor Nuklir.” Elektro Indonesia Online
edisi 12 Maret 1998.
Humphries, J. T. and Sheets, L. P. 1983. Industrial
Electronics. Belmont, CA: Wadsworth.
Malvino, A. P. 1996. Prinsip-Prinsip
Elektronika. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Putra, A. E. 2002. Belajar Mikrokontroler
AT89CS51/52/55 (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Gava Media.
Sarwono, S. et al. 1992. Petunjuk
Laboratorium: Piranti Ukur Elektronik Untuk Industri Pangan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
No comments:
Post a Comment